Sumut – Kolam Air Panas Cerita Legenda Sampuraga Salah Satu Destinasi Wisata Menarik di Mandailing Natal, (26/6).
Provinsi Sumatera Utara di anugerahi banyak destinasi wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi para wisatawan asing dan lokal, salah satunya adalah kolam air panas Sampuraga yang melegenda hingga saat ini,(26/6/23)
Cerita terbentuknya Kolam air panas “Sampuraga” konon dulunya dipercaya terjadi, atas murka “Tuhan” kepada seorang anak yang durhaka terhadap ibu kandungnya.
Menurut cerita yang dihimpun awak media Amornews Biro Madina dari berbagai sumber termasuk dari pengetua adat mandailing peristiwa awal mula kejadian berada di desa sirambas kecamatan panyabungan selatan Kabupaten Mandailing Natal.
Awal cerita, seorang anak laki-laki bernama Sampurga yang menurut berbagai pendapat si laki-laki tersebut berasal dari salah satu desa dipadang bolak,ia pamit kepada ibunya untuk pergi merantau karena kehidupan didesanya pada saat itu serba kekurangan.
Dengan niat ingin mengubah nasib diperantauan dan berharaf dapat memperbaiki kehidupan dan derajat keluarganya di kampung.
Pendek cerita, sampailah ia kesatu desa di Panyabungan yang bernama desa sirambas dimana di desa tersebut berdiri sebuah kerajaan ternama pada waktu itu dikenal dengan nama kerajaan silanjang.
Sampuraga mencoba menawarkan diri dengan memasuki kerajaan berharaf sang raja memberikan ia sebuah pekerjaan demi bisa bertahan hidup di rantau orang.
Akhirnya niatnya tercapai, sampuraga ditawari pekerjaan dirumah Raja Silanjang
Setelah sekian lama bekerja dirumah sang Raja ditambah berkat ketekunan dan kejujuran
Atas ketekunan dan kejujurannya, Raja Silanjang lalu memodali Sampuraga untuk membuka usaha yang kemudian berjalan dengan sukses.
Terpukau dengan keuletan Sampuraga, raja kemudian menjodohkannya dengan putri Kerajaan Silanjang dan undangan pesta pernikahan putri kesayangan raja dengan sampuraga disebar keseluruh penjuru negeri
Kabar gembira ini pun sampai hingga ke telinga sang ibu di Padang Bolak. Ibu Sampuraga mendatangi lokasi pesta pernikahan.
Susah payah perjuangan seorang ibu,’ yang kondisinya sudah lemas, dan tak berdaya termakan usia. Demi anak semata wayangnya, yang sangat Ia rindukan Ia rela berjalan kaki mencapai kiloan meter melewati hutan dan sungai,
Akhirnya sang ibu sampai di kerajaan silanjang, begitu melihat orang sedang beramai-ramai dengan riang gembira lalu ia bertanya kepada pengawal kerajaan.
“Marsapa jolo amang, huta aha do goar nion amang, huta sirambas doon, ondo amang tempat pesta ni boru ni raja i, anakku do dabo amang si sampuraga i, baen ma jolo jau amang indahan i satakar pe dohot aek mi amang marsagalas, na malean urasa amang boti marcampur manguas, anakku do amang na margoar si sampuraga i”, Artinya:
“Bertanya dulu nak, desa apa namanya ini, desa sirambaskah ini, disininya nak tempat pestanya puteri raja itu?,
Anakku nya itu nak si sampuraga itu, minta lah aku sedikit nasi itu nak..sekalian sama air satu gelas, lapar kali kurasa nak bercampur haus.
Anakku nya itu yang bernama si sampuraga itu nak” ucap si ibu dengan nada terbata-bata bercampur lelah.
Pengawal Kerajaan yang mendengar hal itu langsung menjumpai sampuraga yang sedang berada dipelaminan dan mengatakan bahwa Ia kedatangan seorang ibu yang mengaku sebagai ibu kandungnya.
Sampuraga langsung berdiri dan turun dari pelaminan menemui ibu tadi, tapi sayang begitu sampuraga bertemu dengan “Ibunya” bukannya di sambut dan dipeluk, tapi ia malah membentak ibu tersebut.., lalu mengusirnya.
“Ahale nimmu, idokon ko au anakmu sementara au on menantu ni raja,inda dong songon ko on umakku, madung mate do umakku, morotko ngonon, paila-ilahon ko diau, mambaen ila ho tu raja sirambas, morooot”, Artinya:
“Apa katamu, kau bilang aku anakmu sementara aku ini menantu raja, tidak ada seperti ini ibuku, sudah meninggal ibuku, pergi dari sini,..malu-maluin kau, buat malu kau …sama raja sirambas, pergiiii”kata sampuraga membentak ibunya.
kehadiran sang ibu ditolak oleh anaknya sendiri si Sampuraga, karena malu memiliki ibu miskin berpenampilan lusuh yang kemudian sampuraga lalu mengusir ibunya
Ibu Sampuraga pun langsung menangis dan, mengangkat tangannya berdo’a mengadu kepada “Tuhan” sambil bercucuran air mata atas kekejaman anaknya sendiri.
Ia yang tega didepan orang sekampung mengatakan bahwa ibu tersebut bukan ibu kandungnya, jawab Anak.
Tak lama kemudian langit menghitam dan badai dahsyat pun datang. Hujan lebat pun turun disertai dengan, adanya semburan air panas dari bawah tanah.
Dalam sekejap saja membuat tempat tersebut terendam banjir, dan semua orang di pesta tersebut meninggal dunia karena tenggelam.
Tempat Sampuraga tenggelam pun seketika berubah menjadi kolam air panas. Sementara batu-batu di sekitar kolam air panas itu,’ disebut memiliki bentuk seperti acara pernikahan Sampuraga yang ikut terkena kutukan.
Beberapa hari setelah hujan reda, yang tersisa dari Kerajaan Silanjang hanya onggokan tanah dan bebatuan kapur, dengan sumber mata air panas di bawahnya yang terus mengalir.
Berdasarkan legenda tersebut, kolam air panas ini pun kemudian dinamai Sampuraga. Suhu airnya sendiri berkisar antara 90-100 derajat Celsius.
Selain legendanya yang menarik, kolam air panas ini, jadi atraksi wisata menarik bagi wisatawan. Selain melihat air panas dari balik pagar, terdapat banyak aktivitas yang ditawarkan untuk wisatawan.
Salah satunya adalah, kamu bisa berendam “atau” terapi alam di pinggir aliran sungai Sampuraga.
Tempat ini kini dikelola sebagai objek wisata Sampuraga Madina yang berada di Desa Sirambas, Kecamatan Panyabungan Barat.
Legenda cerita Sampuraga yang kini menjadi objek wisata sudah terdengar sampai ke seluruh penjuru sehingga banyak dikunjungi para wisatawan luar dan lokal.(Jambak)