Kabupaten Mandailing Natal dikenal dengan banyak suku yang mendiami segala penjuru serta diketahui kaya akan hasil alam laut dan darat, (3/7/2023).
Kabupaten ini adalah termasuk salah satu wilayah yang tanahnya subur, Daerah ini juga dipenuhi dengan Pesantren yang menghasilkan santri dan santriwati berprestasi dalam segala bidang khususnya agama.
Bicara soal Kabupaten Mandailing Natal ada satu wilayah yang menurut cerita disebut sebagai salah satu Kota penting di Madina karena sejak dulu kota ini merupakan jalur strategis perdagangan menuju pesisir Sumatera bagian Barat yaitu Kota Natal.
Kota ini terletak di Pantai Barat Sumatera Utara dengan kondisi wilayah di dominasi dataran dan pegunungan serta pantainya yang cukup indah sehingga mampu menarik wisatawan dari luar daerah apalagi disaat Liburan.
Sedikit ulasan tentang sejarah awal mula berdirinya Kota Natal yang dirangkum oleh jurnalis Amornews Biro Madina dari berbagai sumber
Awal cerita dimulai dari seorang pangeran yang menurut cerita sang pangeran berasal dari kerajaan Indrapura dikenal dengan nama Indra Sutan.Kerajaan Indrapura diketahui masih tergabung dalam kerajaan Pagaruyung di Minangkabau.
Cerita yang dikutip dari berbagai sumber, Raja Indrapura memiliki dua anak lelaki yang selisih usia mereka hanya satu tahun, Pangeran Indra Sutan anak bungsu dan Pangeran Indra Bagindo anak sulung.
Yang mana wajah dari kedua anak Raja ini sangat mirip sekali tapi bukan kembar sehingga bila keduanya bersama,sungguh sulit untuk membedakan mereka.
Sesuai dengan apa yang telah menjadi ketentuan tradisi kerajaan, yang berhak menjadi Putera Mahkota pertama adalah anak sulung, apabila yang bersangkutan sedang berhalangan atau sebab tertentu maka, barulah raja akan memberi mandat pada anak laki-laki berikutnya.
Suatu hari di istana Indrapura rapat penting sedang berlangsung,rapat tersebut dilaksanakan karena sang Raja merasa ia sudah tua sehingga ia merasa sudah saatnya tampuk kepemimpinan diserahkan kepada penerusnya.
Dalam rapat penting yang digelar dikerajaan Indrapura akhirnya menghasilkan sebuah keputusan, yang mana Pangeran Indra Bagindo dinobatkan menjadi Raja Indrapura menggantikan kedudukan sang ayah.
Sementara itu, Tradisi kerajaan Indrapura mengharuskan Putra Mahkota kedua pergi merantau setelah putra mahkota utama dinobatkan menjadi Raja.
Dan pada saat itu juga Pangeran Indra Sutan mendapat perintah dari Raja harus pergi merantau untuk menemukan wilayah lain dan dijadikan kerajaan baru, dan kerajaan baru itulah kelak yang akan dipimpinnya nanti.
Persiapan pun dilakukan, pangeran Indra Sutan’,mengumpulkan sejumlah pengikut setia, yang akan menemaninya mengembara,kabarnya Pangeran Indra Sutan dalam melakukan pengembaraannya ia akan menempuh perjalanan lewat jalur laut dengan menggunakan kapal layar.
Mereka pun membawa perbekalan yang cukup banyak sebagai bersiapan menempuh perjalanan jauh yang belum dapat dipastikan tujuannya.
Selain perbekalan makanan, minuman dan pakaian, pangeran turut membawa hewan peliharaan, di antaranya kuda untuk kendaraan mereka.
Saat harus menyusuri daratan. Selebihnya, turut dibawa perlengkapan ritual tradisi berupa sekepal tanah dan buah labu yang dikeringkan.
Menurut kepercayaan tradisi lama, labu dan tanah kelahiran dibawa merantau agar yang bersangkutan merasa betah di tanah rantau namun tidak melupakan tanah kelahiran. Buah labu yang dikeringkan itu hanya berfungsi sebagai wadah menimbang tanah di tempat yang baru.
Cuaca di pesisir Minangkabau begitu cerah. Sebuah kapal kayu dengan tiang-tiang layar yang kokoh bersandar di dermaga.
Dengan kapal itulah Pangeran Indra Sutan dan pengikutnya akan berlayar mengarungi lautan memulai pengembaraan.
Pangeran Indra Sutan dan seluruh pengikut telah naik ke lambung kapal. Jangkar ditarik dan layar dikembangkan. Kapal pun bergerak meninggalkan dermaga, menyisir ombak kearah utara.
Berminggu-minggu kapal berlayar mengarungi gelombang. Pangeran Indra Sutan mengamati sekeliling dan, tak lama kemudian” ia seperti melihat sesuatu dan” Ia langsung menyuruh Nakhoda untuk mengarahkan kapal, menuju sebuah pulau yang dilihat oleh pangeran indrapura
Kapal pun berbelok ke muara dan bergerak menyusuri aliran sungai kearah hulu. Kapal tiba di sebuah tangkahan yang ramai penduduk bertransaksi hasil bumi dan kebutuhan warga sehari-hari.
Ternyata tempat itu sebuah pasar perniagaan di tepi sungai. Belakangan diketahui, pengembaraan Pangeran Indra Sutan dan pengikutnya tiba di Kerajaan Ujung Gading masuk wilayah Pasaman sekarang.
Mengetahui Pangeran Indra sutan memasuki wilayahnya, Raja Ujung Gading bernama Datuk Imam menyambut kedatangan Pangeran dan rombongan sebagai tamu kehormatan.
Mereka disambut dengan upacara resmi kerajaan sebagaimana lazimnya menerima tamu kenegaraan.
Datuk Imam adalah seorang raja yang masih muda, ramah dan bijaksana. Usianya pun kira-kira sebaya dengan Pangeran Indra Sutan.
Pangeran Indra Sutan dan rombongan sangat dimuliakan oleh Datuk Imam. Mereka diizinkan tinggal beberapa hari di Kerajaan Ujung Gading.
Pertemanan Pangeran Indra Sutan dan Datuk Imam kian akrab. Selama beberapa hari tinggal di Kerajaan Ujung Gading.’ membuat Pangeran Indra Sutan mengetahui kalau di Kerajaan Ujung Gading tengah terjadi kemelut.
Pertentangan kelompok sosial tertentu dengan kerajaan, sehingga konflik kian menajam. Membuat Datuk Imam kian terdesak. Teror dan ancaman gencar dialamatken kepada Datuk Imam.
Datuk Imam tidak sendirian, Bersamanya turut sejumlah pengikut setianya. Karena itulah, Datuk Imam mempersiapkan kapal tersendiri untuk menemani kapal rombongan Pangeran Indra Sutan.
Rombongan dua kapal itu kemudian bergerak menyusuri perairan Sumatera bagian barat. Berhari-hari kapal-kapal itu berlayar menembus badai dan gelombang.
Akhirnya rombongan Pangeran Indra Sutan dan Datuk Imam tiba di sebuah pantai yang landai dan indah dipandang mata.
Pemandangan indah itu menarik perhatian Pangeran Indra Sutan dan Datuk Imam. Mereka kemudian bersepakat berhenti di tempat itu. Kapal menepi dan mereka mencapai daratan.
Pangeran Indra Sutan mulai mengamati kondisi alam sekitar. Tidak jauh dari tempatnya berdiri terlihat muara sungai yang memenuhi syarat menjadi pelabuhan. Aliran sungainya lebar sehingga memungkinkan kapal-kapal berbadan besar bisa masuk ke dalam.
Pengamatan dilanjutkan dengan mengendarai kuda yang turut mereka bawa dalam pelayaran itu. Dengan mengendarai kuda Pangeran Indra Sutan dan rombongan lebih leluasa melakukan penelitian terhadap kondisi alam yang mereka singgahi.
Dalam pengembaraan itu, mereka menemukan lahan daratan yang cukup luas. Tampaknya wilayah itu belum berpenghuni.
Untuk merayakan penemuan itu, Pangeran Indra Sutan melaksanakan upacara ritual menimbang tanah.
Ia memasukkan sekepal tanah yang dibawa dari Kerajaan Indrapura, ke dalam rongga labu kering.
Setelah itu, Pangeran Indra Sutan mengambil segenggam tanah daratan,’ yang baru ditemukan kemudian memasukkannya ke rongga labu kering ‘yang sudah dipersiapkan sejak keberangkatannya dulu.
Labu kering yang berisi sekapal tanah kelahiran dan sekepal tanah daratan yang baru didatangi itu, ditimang-timang menggunakan kedua tangannya.
Ritual ini mereka sebut sebagai ritual menimbang tanah, sebagai simbolis pembukaan lahan baru di tanah rantau.
Mereka optimis Ranah Nan Data dengan potensi alamnya merupakan daerah yang akan membawa kemakmuran penghuninya kelak. Air sungai yang mengalir di areal lahan yang luas bisa menopang pertanian.
Sungai itu cukup lebar bermuara ke laut, bisa dijadikan jalur transportasi mengangkut hasil bumi dan perdagangan. Sementara muara sungai akan dijadikan pelabuhan perniagaan.
Sejak saat itu daerah yang landai dan luas itu memiliki nama Ranah Nan Data, artinya tanah yang datar. Lama kelamaan, sebutan Ranah Nan Data oleh penduduk disingkat menjadi “Nata”.
Seiring masuknya penjajahan dan hubungan perdagangan, oleh pengaruh lidah asing sebutan “Nata” berganti dengan “Natal” sampai sekarang.
Dikisahkan, Pangeran Indra Sutan dan Datuk Imam meluaskan pengembaraan di daerah sekitarnya sehingga menemukan daerah baru lagi yang mereka berinama Lingga Bayu yang terletak di hulu Ranah Nan Data cikal bakal Natal.
Dua sahabat pengembara itu kemudian sepakat membagi wilayah kekuasaan. Kerajaan Natal dipimpin Datuk Imam, sementara Pangeran Indra Sutan dan pengikutnya menguasai Lingga Bayu yang kaya dengan bahan tambang emas.
Mereka bersumpah, Natal dan Lingga Bayu menjadi dua kerajaan yang bersaudara dan memelihara perdamaian selamanya.
Dalam Versi lain menyebutkan, asal usul Natal karena daerah itu kerap dijadikan persinggahan warga yang bepergian dengan mengendarai kuda.
Penduduk yang umumnya tinggal di daerah pegunungan saat melintasi kawasan itu, tepatnya di daerah Tor Pangolat, sering beristirahat”,karena takjub melihat pemandangan yang indah. Dari situ terlihat tanah yang landai dan luas, terlihat hingga bertemu dengan lautan.
Itulah seputar sejarah singkat mengenai asal mula berdirinya kota Natal. Yang dilansir dari berbagai sumber dan cerita sejumlah orang-orang tua yang tinggal di Natal pada saat ini.(Jambak)